Metode Menjual Efektif/ The Effective Selling Methode
Kereta api "Purwojawa special edition for lebaran" berangkat dari Purwokerto pada pukul 7.35 pagi. Aku adalah penumpangnya yang duduk di gerbong lima kelas bisnis, nomor tempat duduk 10B. Dari awal berangkat, berbagai penjual popmie, kopi panas, aneka jajanan, mainan, sampai radio FM berkeliaran dan berkali-kali menawarkan dagangannya padaku. Namun aku tidak bergeming, satu persatu tawaran itu kutolak dengan halus. "mboten bu..." (tidak bu) "sampun enten niki" (udah ada ini) atau "matur nuwun, tase mpun penuh" (terima kasih, tasnya dah penuh).
Pukul 9.40 pagi kereta tiba di stasiun Cirebon, berbagai penjual kembali masuk ke kereta termasuk penjual "nasi ayam rendang telor anget" maksudnya boleh milih, mau nasi pake ayam, rendang, atau telor, dan semuanya masih anget-anget. Aku pikir-pikir boleh juga nih, karena sebentar lagi cacing dalam perutku bakal menjerit minta dikasih makan. Maka terbelilah nasi ayam anget, plus bonus air putih anget dalam plastik.
Jam 10.15 kereta sudah ga tau dimana, tapi belum jauh dari Cirebon, ada tukang es kelapa lewat. Es-nya dikemas sedemikian rapi dalam gelas plastik yang sudah diberi satu sendok plastik dan sebatang sedotan. Es-nya juga berwarna-warni dan sang penjual memilih menggunakan nampan untuk menjaga kewibawaannya menjajakan esnya. Aku pikir-pikir, wah enak banget en seger pisan tuh es, maka terbelilah satu gelas es kelapa campur cendol dan aneka buah, plus bonus satu sedotan dan satu sendok plastik.
Jam 10.24, nah ini nih, menit-menit dimana terjadi insiden yang membuatku tersenyum dan akhirnya membuat tulisan ini. Seorang ibu-ibu berjualan oleh-oleh dodol garut. Dengan langkah percaya diri bak peragawati di catwalk beliau melangkah mendekati diriku yang sedang menikmati es campur seger itu. Lalu dengan mantap, sang ibu itu menaruh satu bungkus dodol garut di pangkuanku. Ia mulai mengeluarkan kata-kata. Suaranya tidak keras, setengah berbisik, dalam bahasa jawa halus.
"mas, monggo lah, niki nglarisaken, sedoso ewu angsal tigo lah mas, ngge nglarisaken" sang ibu berkata sambil menyender santai di tempat duduk penumpang di depanku.
Artinya : Mas, silahkan lah, ini ngelarisin, sepuluh ribu dapet tiga lah mas, buat ngelarisin.
Diriku masih terdiam seribu bahasa, masih sambil nyeruput es campur.
"mas, niki nawi tumbas setunggal gangsal ewu, tapi nek sedoso ewu angsal tigo. nggo mas... monggo lah..."
Artinya : mas, ini kalo beli satu lima ribu, tapi kalau sepuluh ribu dapet tiga. silakan mas, silakan lah...
"duh, turnuwun bu, niki tas kulo mpun penuh"
Artinya : duh, makasih bu, ini tas saya dah penuh.
"nglarisaken mas" si ibu berkata-kata seolah tidak mendengar kata-kata saya.
"monggo lah.. niki enak lho mas, lumayan ngge oleh-oleh..."
Artinya : silakan lah, ini enak lho mas, lumayan buat oleh-oleh.
Si ibu tidak beranjak pergi. Yakin sekali nampaknya kalau saya bakal membeli dagangannya. Akhirnya diriku tidak kuasa lagi. Selembar sepuluh ribuan kukeluarkan dan si ibu segera memasukkan tiga box kecil dodol garut. Itu adalah metode penjualan paling efektif yang pernah kutemui. Mungkin, kronologisnya, ketika melihat saya membeli es campur dagangan rekannya yang harganya enam ribu, si ibu berpikir pasti saya tidak keberatan mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak jauh berbeda untuk sejumlah barang yang ia tawarkan. Bravo ibu penjual dodol garut.
Pukul 9.40 pagi kereta tiba di stasiun Cirebon, berbagai penjual kembali masuk ke kereta termasuk penjual "nasi ayam rendang telor anget" maksudnya boleh milih, mau nasi pake ayam, rendang, atau telor, dan semuanya masih anget-anget. Aku pikir-pikir boleh juga nih, karena sebentar lagi cacing dalam perutku bakal menjerit minta dikasih makan. Maka terbelilah nasi ayam anget, plus bonus air putih anget dalam plastik.
Jam 10.15 kereta sudah ga tau dimana, tapi belum jauh dari Cirebon, ada tukang es kelapa lewat. Es-nya dikemas sedemikian rapi dalam gelas plastik yang sudah diberi satu sendok plastik dan sebatang sedotan. Es-nya juga berwarna-warni dan sang penjual memilih menggunakan nampan untuk menjaga kewibawaannya menjajakan esnya. Aku pikir-pikir, wah enak banget en seger pisan tuh es, maka terbelilah satu gelas es kelapa campur cendol dan aneka buah, plus bonus satu sedotan dan satu sendok plastik.
Jam 10.24, nah ini nih, menit-menit dimana terjadi insiden yang membuatku tersenyum dan akhirnya membuat tulisan ini. Seorang ibu-ibu berjualan oleh-oleh dodol garut. Dengan langkah percaya diri bak peragawati di catwalk beliau melangkah mendekati diriku yang sedang menikmati es campur seger itu. Lalu dengan mantap, sang ibu itu menaruh satu bungkus dodol garut di pangkuanku. Ia mulai mengeluarkan kata-kata. Suaranya tidak keras, setengah berbisik, dalam bahasa jawa halus.
"mas, monggo lah, niki nglarisaken, sedoso ewu angsal tigo lah mas, ngge nglarisaken" sang ibu berkata sambil menyender santai di tempat duduk penumpang di depanku.
Artinya : Mas, silahkan lah, ini ngelarisin, sepuluh ribu dapet tiga lah mas, buat ngelarisin.
Diriku masih terdiam seribu bahasa, masih sambil nyeruput es campur.
"mas, niki nawi tumbas setunggal gangsal ewu, tapi nek sedoso ewu angsal tigo. nggo mas... monggo lah..."
Artinya : mas, ini kalo beli satu lima ribu, tapi kalau sepuluh ribu dapet tiga. silakan mas, silakan lah...
"duh, turnuwun bu, niki tas kulo mpun penuh"
Artinya : duh, makasih bu, ini tas saya dah penuh.
"nglarisaken mas" si ibu berkata-kata seolah tidak mendengar kata-kata saya.
"monggo lah.. niki enak lho mas, lumayan ngge oleh-oleh..."
Artinya : silakan lah, ini enak lho mas, lumayan buat oleh-oleh.
Si ibu tidak beranjak pergi. Yakin sekali nampaknya kalau saya bakal membeli dagangannya. Akhirnya diriku tidak kuasa lagi. Selembar sepuluh ribuan kukeluarkan dan si ibu segera memasukkan tiga box kecil dodol garut. Itu adalah metode penjualan paling efektif yang pernah kutemui. Mungkin, kronologisnya, ketika melihat saya membeli es campur dagangan rekannya yang harganya enam ribu, si ibu berpikir pasti saya tidak keberatan mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak jauh berbeda untuk sejumlah barang yang ia tawarkan. Bravo ibu penjual dodol garut.
16 Comments:
Kalau bonus untuk ane apa nih akh...?? hihihi... ;)
RvMmyq The best blog you have!
yrcYlt Wonderful blog.
Good job!
Wonderful blog.
Hello all!
Please write anything else!
Please write anything else!
actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
Please write anything else!
Please write anything else!
Magnific!
OKJk6m write more, thanks.
Please write anything else!
Magnific!
ssttt... buat penglaris ini saya kasih link gratis:
http://ekojuli.wordpress.com/2009/03/02/salesmanship-menjual-yang-efektif/
Post a Comment
<< Home